AMIR HAMZAH
Anak Binjai Langkat yang tak lekang di telan zaman
28 Februari lalu Amir Hamzah yang dijuluki HB Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru berusia 96 tahun.
Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 28 Februari 1911. Amir Hamzah tumbuh dalam lingkungan bangsawan Langkat yang taat pada agama Islam. Pamannya, Machmud, Sultan Langkat yang berkedudukan di ibu kota Tanjung Pura, yang memerintah pada 1927-1941. Ayahnya, Tengku Muhammad Adil, menjadi wakil sultan untuk Luhak Langkat Bengkulu dan berkedudukan di Binjai, Sumatera Timur.
Sayang usianya terlalu muda untuk pulang kepangkuan ilahi, ia meninggal di Kuala Begumit. Ketika diminta pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan saudara sepupunya, putri Sultan Machmud, Amir Hamzah terseret dalam pusaran revolusi yang pecah pada 3 Maret 1946. Pemuda dan masyarakat yang semangatnya sedang menggelora setelah proklamasi kemerdekaan menuding para bangsawan Langkat berkolaborasi dengan Belanda. Dalam sebuah aksi brutal dini hari 20 Maret 1946 para bangsawan itu, termasuk Amir Hamzah, diculik kemudian dibunuh. Amir Hamzah tewas dipancung. Sunggung teragis, ia mengiggal oleh arus revolusi yang ia gagas sendiri.
Buah karya Amir Hamzah dalam dunia sastra nggak perlu dipertanyakan lagi. Pada masanya (1930-1942), bersama Armijn Pane dan Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah memelopori perlawanan terhadap Balai Pustaka yang menjelma menjadi rezim paling menentukan laik tidaknya sebuah karya sastra muncul. Terutama yang berisikan tentang kebangsaan.
Dalam kumpulan sajak Buah Rindu yang ditulisnya (1928-1935) misalnya terlihat suara, lagu, pantun, dan syair Melayu berubah menjadi sajak modern. Nasionalisme terasa renyah dalam epos Hang Tuah. Tunduk takzim dan kecintaan tak bertepi pada Tuhan, terangkum indah dalam “Padamu Jua”.
Dengan gaya yang romantis, indah, dan puitis, Amir Hamzah mengangkat bahasa Melayu ke derajat lebih tinggi. Bahasa Melayu di tangannya tak sekadar menjadi lingua franca. Tetapi menjadi sesuatu yang indah, bernilai sastra tinggi, dan beraroma sufi. Laku terpuji dan santun, pengakuan nan takzim pada kuasa Tuhan, nasionalisme yang tak perlu berapi-api, memberi ruang untuk segala macam perbedaan, dan cinta yang tak menyesatkan oleh beragam aksi tipu daya, menjadi cahaya yang berpendar dari karya-karya Amir Hamzah.
GEDUNG KERAPATAN KESULTANAN LANGKAT DI BINJAI
TAHUN 1930
KOLEKSI KITLV
Tittle :Jalan dengan Toko-toko Asia dan Laki-laki
Lokasi : Kampoeng Binjai, Binjai
Koleksi Foto : Lambert & Co., G.R.
Tahun : 1883
0 comments:
Post a Comment