Sebuah Renungan Akan Kesombongan
Sehat bertanya padaku
"kapan kau ingin sakit?
"kujawab "aku tak mau"
Aku tak bisa menelan obat pahit
Hidup bertanya padaku
"kapan kau ingin mati?
"kujawab "aku tak tahu"
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
Ruh bertanya padaku
"kapan kau melepasku?
"kujawab "aku ragu"
Aku tak tahan bila harus merindu
Lalu aku buta
Kemudian aku tuli
Aku tak bisa berkata
Dan aku mati
Sebentuk sosok datang padaku
Ia bertanya "siapa Tuhanmu?
"aku diam, gagap, bisu
Dan mereka mulai menyiksa-ku
Wahai manusia yang tak pernah puas
Sadarkah kalian bahwa tak pantas
Hidup di dunia, serakah tanpa batas
Seenaknya bertindak dan menindas
Wahai manusia yang tak pernah bersyukur
Yang selalu mengisi harinya dengan tidur
Tak pernah bisa lepas dari kasur
Sampai penuh lumut dan jamur
Kau pikir kau hebat?
Bila diambil satu nikmat darimu
Kau pikir kau kuat?
Bila diambil satu nyawa darimu
Kau tak lebih dari hanya secuil biji zarah dibandingkan dengan
kekuasaan-NYA.
"kapan kau ingin sakit?
"kujawab "aku tak mau"
Aku tak bisa menelan obat pahit
Hidup bertanya padaku
"kapan kau ingin mati?
"kujawab "aku tak tahu"
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
Ruh bertanya padaku
"kapan kau melepasku?
"kujawab "aku ragu"
Aku tak tahan bila harus merindu
Lalu aku buta
Kemudian aku tuli
Aku tak bisa berkata
Dan aku mati
Sebentuk sosok datang padaku
Ia bertanya "siapa Tuhanmu?
"aku diam, gagap, bisu
Dan mereka mulai menyiksa-ku
Wahai manusia yang tak pernah puas
Sadarkah kalian bahwa tak pantas
Hidup di dunia, serakah tanpa batas
Seenaknya bertindak dan menindas
Wahai manusia yang tak pernah bersyukur
Yang selalu mengisi harinya dengan tidur
Tak pernah bisa lepas dari kasur
Sampai penuh lumut dan jamur
Kau pikir kau hebat?
Bila diambil satu nikmat darimu
Kau pikir kau kuat?
Bila diambil satu nyawa darimu
Kau tak lebih dari hanya secuil biji zarah dibandingkan dengan
kekuasaan-NYA.
Labels:
Poetry
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment